Kabar Rakyat Buraen_Nono, bocah kelas II SDI Buraen II Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, menjadi Juara Dunia Matematika, berkat rahasia kecil yang menjadi kunci kesuksesannya menyisihkan 7000 peserta dari seluruh dunia. Peserta dari negara maju seperti Amerika Serikat pun dikalahkannya.
Nono atau Caesar Archangelis Meo Tsunay, mempunyai kebiasaan unik setiap bangun pagi. Kabar Rakyat Terkini yang mendatangi rumahnya pada hari Kamis (19/01/23) pagi, mendapati Nono sedang belajar mencongak dan drill bersama Bapaknya.
Sambil memegang kalkulator, Rafael Imanuel Meo Tsunay, menyebutkan penjumlahan sejumlah bilangan puluhan. Nono, sambil membayangkan jarinya sedang memainkan sempoa, langsung menjawab hasil penjumlahan, segera setelah sang Ayah selesai bertanya.
“Setiap pagi, usai berdoa setelah bangun pagi, saya selalu melatih Nono untuk menyelesaikan sejumlah file, mencongak dan drill,” papar Ayah Nono tegas.
Latihan-latihan ini telah berlangsung sejak Nono di bangku kelas I SD. Waktunya pun selalu disaat pagi hari.
“Kami selalu berlatih dipagi hari, karena itu waktu terbaik karena pikiran anak masih sangat segar sehingga bisa konsentrasi dan mengingat dengan baik,” urai Nuryati Seran, Ibunda Nono.
Sebagai ibu dan sekaligus Guru serta Wali Kelas Nono, Nuryati sangat disiplin terhadap anak bungsunya ini. Kendati rasa syukur dan bangga memiliki anak yang cerdas, Nuryati tak menganakemaskan Putra satu-satunya itu.
“Saya selalu bilang, sebagai anak Guru, tidak ada perlakuan istimewa, semua anak-anak sama. Justru Nono harus jadi teladan,” imbuhnya tegas.
Dididik penuh disiplin membuat Nono bersinar di kelas maupun di sekolahnya. Nono sanggup menjadi Tutor Sebaya, yang bertugas membantu teman-temannya untuk memahami pelajaran matematika. Tak hanya teman sebaya, Nono bahkan menjadi Tutor untuk Kakak-Kakak kelasnya.
“Nono itu anak yang cerdas. Karenanya dia diangkat menjadi Tutor Sebaya bagi teman-teman kelasnya, dan juga kelas yang lebih tinggi,” puji Petrus Kase, Kepsek SDI Buraen II, kecamatan Amarasi Selatan bangga.
“Nono sering diminta bantuan sebagai Tutor untuk pelajaran Matematika, dari kelas satu sampai kelas enam,” papar Nuryati Seran , Mama sekaligus Wali Kelas Nono.
Kini anak bungsu buah hati Rafael Tsunay dan Nuryati Seran ini, telah bersinar bagai bintang kejora, dari kelurahan Buraen, pelosok di Kabupaten Kupang untuk masa depan Bangsa dan Negara.
“Saya mau seperti Elon Musk, bisa membuat mobil tercepat, kereta api tercepat, pesawat tercepat dan menjadi Tentara,” kata Nono penuh semangat.
Kesinambungan dukungan dari berbagai pihak swasta, terutama pemerintah sangat dibutuhkan, agar berlian murni ini dapat dipoles menjadi mahakarya yang bernilai tinggi bagi Nusa dan Bangsa Indonesia.
” Di USA, anak-anak dengan kecerdasan seperti Nono, langsung mendapatkan perhatian Negara, yang memberikannya beasiswa hingga pendidikan tertinggi di lembaga pendidikan terbaik” cerita Pater Dominikus Baok SVD, Misionaris asal Retraen yang sudah 14 tahun berkarya di West Virginia Amerika Serikat, sambil berharap Pemerintah Indonesia melakukan hal yang sama.
@RedaksiKRT