Kabar Rakyat TTS_ Banyaknya korban gigitan anjing diduga rabies di desa Fenun, kecamatan Amanatun Selatan, kabupaten TTS, sejak April – Mei 2023, mengungkapkan fakta tragis. Para korban gigitan tak mengetahui prosedur penanganan luka gigitan hewan penular rabies. Sejak digigit hingga kini, merrka pun belum mendapatkan suntikan VAR (Vaksin Anti Rabies) atau SAR (Serum Anti Rabies).
Minimnya literasi dan mitigasi bencana penyakit menular ini, meningkatkan resiko penularan yang memicu naiknya jumlah korban meninggal dunia. Seluruh korban gigitan anjing diduga terjangkit rabies, tidak membersihkan luka dengan sabun pada air mengalir selama 15 menit. Merekapun tak mendapatkan suntikan VAR dalam waktu 1 x 24 jam usai tergigit.
“Mereka tidak tau cara menangani luka gigitan anjing akibat rabies.” ujar sumber Kabar Rakyat Terkini melalui sambungan telpon.
Minimnya lierasi dan tidak tersedianya VAR dan SAR di fasikitas kesehatan, memperburuk kondisi para korban gigitan karena serangan virus rabies terkenal sangat mematikan. 99,99% korban gigitan yang telah menunjukkan gejala, berakhir kehilangan nyawanya.
Menyikapi kondisi kedaruratan ini Ketua Sinode GMIT, Ibu Pdt. Mery Kolimon mendesak Pemerintah untuk melakukan edukasi massif bahaya rabies dan pencegahannya.
“Saya pikir yg paling penting sekarang adalah edukasi massif kepada masyarakat mengenai ancaman yg kita hadapi dan langkah-langkah mitigasi apa yg harus dilakukan” papar Pdt Merry Kolimon melalui pesan daringnya.
Fakta ini mendorong sejumlah pihak mendesak Pemerintah Kabupaten TTS untuk menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) Rabies. Kenatian Antonius Banunaek yang diduga kuat suspek Rabies pertama di Pulau Timor, menjadi awal kewaspadaan diseluruh lapisan komponen masyarakat.
@RedaksiKRT