443443443443 Peringati Hari Toleransi Sedunia, FKUB Lembata Bakal Rayakan Bersama Komunitas Nusantara – Kabar Rakyat Terkini
HumanioraInternasionalNasionalTerkini

Peringati Hari Toleransi Sedunia, FKUB Lembata Bakal Rayakan Bersama Komunitas Nusantara

54
×

Peringati Hari Toleransi Sedunia, FKUB Lembata Bakal Rayakan Bersama Komunitas Nusantara

Sebarkan artikel ini

Kabar Rakyat Terkini, Lembata_ Untuk pertama kalinya, Kabupaten Lembata merayakan Hari Toleransi International (HTI) . Event yang akan digelar pada Minggu (16/11) ini akan melibatkan paguyuban Nusantara dan Forum Pemuda Lintas Agama. Even akbar ini diselenggarakan Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Lembata, bersama para penyuluh lintas agama dan utusan sekolah.

“Ini pertama kalinya terjadi di sini, kita merayakan Hari Toleransi Internasional. NTT dan Lembata sangat terkenal menjunjung tinggi toleransi hidup beragama. Karena itu semangat dan spirit toleransi antar umat beragama di tanah Lembata harus terus dijaga. Melalui kegiatan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat termasuk paguyuban etnis nusantara yang ada di Kabupaten Lembata, kita membangun ikatan persaudaraan yang kuat, “ ujar Yakobus Kia, S.Ag, Ketua FKUB Kabupaten Lembata,.

Perayaan Hari Toleransi Internasional akan diisi dengan karnaval yang dimulai dari perempatan Wangatoa melewati jalur tengah menuju perempatan ATM BNI, belok kanan menuju perempatan Hotel Rejeki dan masuk Gapura Taman Kota Swaolsa Titen. Rombongan karnaval akan dilepas Kepala Kementrian Agama Kabupaten Lembata, H. Jamaludin Malik, S.Ag dan akan diterima oleh Bupati Lembata, Petrus Kanisius Tuaq. Setelah karnaval, dilanjutkan dengan seremonial menyalakan obor toleransi dan malam pentas bertajuk toleransi dan kerukunan.

Ketua Panitia kegiatan, Karolus Kumbala mengatakan hampir seluruh paguyuban daerah di Lembata telah menyatakan kesiapan terlibat dalam perayaan HTI 2025.

Aneka acara akan menyemaraki perayaan HTI 2025 seperti karnaval dan pentas seni dari setiap daerah asal paguyuban di Lembata. Paguyuban yang sudah siap hadir di antaranya Paguyuban Sulawesi, Bali, Jawa, Batak, Sumba, Timor, Rote, Ngada, Manggarai, Ende, Alor, Sikka, Solor dan Adonara.

Sejarah Hari Toleransi International

Mengapa toleransi perlu dirayakan? Bagaimana awal mula perayaan Hari Toleransi International? Hari Toleransi International pertama kali dirayakan oleh UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization). Ini adalah salah satu unit organisasinya Perhimpunan Bangsa-bangsa (PBB) dalam urusan pendidikan dan kebudayaan. UNESCO mendeklarasikan Hari Toleransi International pada HUT ke-50 PBB tanggal 16 November 1995. Tanggal dimaksud lalu ditetapkan sebagai Hari Toleransi International oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1996 melalui resolusi 51/95. Dalam momen itu, negara-negara anggota UNESCO-PBB mengadopsi deklarasi prinsip-prinsip toleransi. Deklarasi salah satunya menyebutkan, toleransi adalah cara untuk menghindari ketidakpedulian dalam kehidupan masyarakat.

Merujuk dari situs PBB (United Nations Association), ada tiga cara menumbuhkan toleransi yakni melalui pendidikan dan sosialisasi, regulasi dan penegakan hukum serta penghentian stereotipe negatif.

UNESCO-PBB menetapkan ada beberapa tujuan Hari Toleransi International.

Pertama, meningkatkan kesadaran global tentang bahaya intoleransi dan pentingnya toleransi. Kedua, merayakan keberagaman. Setiap keragaman baik budaya, ekspresi dan cara hidup manusia adalah sebuah kekayaan global yang menarik dan patut dirayakan. Ketiga,mendukung hak asasi manusia. Perayaan HTI juga dimaksudkan untuk mendukung pengakuan pada hak-hak universal dan kebebasan dasar setiap orang. Dan yang terakhir, perayaan HTI juga bertujuan mendorong masyarakat yang inklusif. HTi diharapkan bisa mendorong terciptanya masyarakat dunia yang dibagun di atas rasa hormat terhadap perbedaan, partisipasi dan inklusi.

Semua tujuan ini tergambar utuh dalam pesan Hari Toleransi Internatiolan dalam Deklarasi Prinsip Toleransi UNESCO yang diadopsi tahun 1995.

“Toleransi lebih dari sekadar menerima yang lain secara pasif. Itu membawa kewajiban untuk bertindak, dan harus diajarkan, dipelihara dan dipertahankan. Toleransi membutuhkan investasi oleh Negara pada manusia, dan dalam pemenuhan potensi penuh mereka melalui pendidikan, inklusi dan peluang. Ini berarti membangun masyarakat yang didirikan atas dasar penghormatan terhadap hak asasi manusia, di mana ketakutan, ketidakpercayaan, dan marginalisasi digantikan oleh pluralisme, partisipasi, dan penghormatan terhadap perbedaan,” tutupnya sumringah.

@RedaksiKRTAkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *