443443443443 Generasi Muda dan Kebangkitan Muro, Penyelamat Konservasi Laut Lembata, Menjawab Krisis Iklim Global – Kabar Rakyat Terkini
BudayaDesaGagasanHumanioraInternasionalKabar BeritaNasionalPanganPendidikanTeknologiTerkiniUsahaWisata

Generasi Muda dan Kebangkitan Muro, Penyelamat Konservasi Laut Lembata, Menjawab Krisis Iklim Global

361
×

Generasi Muda dan Kebangkitan Muro, Penyelamat Konservasi Laut Lembata, Menjawab Krisis Iklim Global

Sebarkan artikel ini

Kabar Rakyat Terkini, Lembata_Krisis iklim menghantam perekonomian 58 persen Nelayan di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Pendapatan para nelayan terjun bebas, hanya Rp 1 juta per bulan. Temuan fakta ini terungkap dalam Baseline study Plan International Indonesia, pada April 2025 lalu. Namun ada cahaya harapan dalam  kearifan lokal yang sudah dilupakan, yakni Muro. Tradisi leluhur yang secara arif mengelola dan memanfaatkan laut sebagai ibu kehidupannya.

Keluhuran tradisi Muro  menjadi inspirasi Proyek PANTAI (Pengelolaan Adaptif untuk Tata Kelola Integratif) Plan International Indonesia, sebagai benteng keberlangsungan hidup masyarakat pesisir, dalam lokakarya hasil pengambilan data awal (baseline) Proyek PANTAI pada Rabu, (30/7), di Ballroom Olympic Hotel, Lembata.

“Sejak dahulu, sudah dikenal kearifan lokal Muro. Dengan Muro, pemanfaatan sumber daya pesisir bisa dilakukan dengan cara tepat dan berkelanjutan. Hasil diambil tapi tidak membahayakan kapasitas sumber daya, agar bisa ada reproduksi dan pembaharuan,” papar Umar Hadi, Kadis Perikanan Kabupaten Lembata, Kamis 30 Juli 2025.

Tradisi Muro, merupakan suatu sistem kearifan masyarakat lokal dalam mengatur tata kelola dan pemanfaatan hasil laut dan pesisir. Masyarakat tidak serampangan mengakses hasil laut.

Muro mengatur periode panen hasil laut, dengan melindungi ruang bereproduksi bagi semua biota dalam ekosistem laut dan pesisir. Perlindungan ini memberikan waktu emas bagi Ikan, udang, lamun, terumbu karang dan mangrove, untuk berkembang. Padang lamun, terumbu karang dan angrove, merupakan penyanggah utama hidup, berkembang dan lestarinya ekosostem laut dan pesisir.

“Muro adalah identitas ekologis dan budaya masyarakat Lembata. Melalui proyek PANTAI, kami ingin merevitalisasi praktik konservasi tradisional Muro, yakni sistem pengelolaan laut warisan leluhur masyarakat Lembata, yang secara turun-temurun digunakan untuk menjaga keanekaragaman hayati dan kelestarian sumber daya laut. Tentunya kami juga ingin mendorong agar kaum muda memiliki peran penting dalam memimpin perubahan ini,” ujar Erlina Dangu, PIA Manager, Plan Indonesia.

Sebagai wilayah pesisir, Lembata dengan luas pulau 1.259,76 km2, diberkahi sabuk laut seluas 3.393.995 km2, atau 72,83 persen dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Lembata

Sabuk lautan ini menjadi rumah besar bagi beraneka biota laut penyanggah konservasi, seperti dugong, paus, pari manta, lumba-lumba dan berbagai spesies terumbu karang. Rumah besar ini sedang terancam tak cuma akibat krisis iklim global, namun karena perubahan minat dan perilaku masyarakatnya.

Penggunaan peralatan tangkap yang tak ramah lingkungan, seperti pukat harimau, bom dan racun, memperparah kerusakkan kawasan ekosistem laut.

Catatan Penabulu Foundation, pulau berpenduduk 141 ribu jiwa  ini, tak terpisahkan dari laut. Dari 151 desa dan kelurahan di Lembata,  ada 77 desa berada di pesisir. Beberapa di antaranya menjadi lokasi pilot project PANTAI sekaligus lokasi sampel studi baseline proyek ini.

Ada 5 desa di Kecamatan Ile Ape yakni Desa Muruona, Riangbao, Petuntawa, Dulitukan dan Laranwutun. Studi ini mengakses pandangan dari 270 responden. Selain pemerintah desa, dinas dan perempuan, ada 108 anak muda sebagai kelompok responden paling banyak.

Anak Muda sebagai subyek dalam Proyek PANTAI 

Berbasis kearifan lokal, proyek PANTAI (Pengelolaan Adaptif untuk Tata Kelola Integratif), merupakan inisiatif konservasi ekosistem pesisir yang memadukan pendekatan ekologis, sosial, dan budaya.

“Kami mengharapkan segenap pihak tidak mengabaikan peran dan potensi anak muda. Makanya dalam proyek ini, sedari awal ada porsi besar pelibatan anak muda. Perspektif mereka tentang tata kelolah pesisir untuk keberlanjutan wajib didengarkan. Selain itu, anak mudalah yang akan meneruskan ini makanya dari awal mereka harus dilibatkan dan sekaligus diperkuat kapasitasnya,” papar Erlina Dangu, Plan Indonesia Manajer Program Implementasi Area Lembata.

Lokakarya ini akan memaparkan hasil temuan, capaian proyek, dan potensi perluasan kegiatan konservasi di wilayah pesisir lainnya. Selain itu, forum ini akan menjadi langkah awal pembentukan Forum Komunikasi Konservasi Pesisir Kabupaten Lembata sebagai wadah kolaborasi lintas sektor untuk mewujudkan ekosistem pesisir yang lebih berkelanjutan.

Melalui proyek ini, Plan Indonesia, Program Implementation Area (PIA) Lembata bersama Yayasan Bina Sejahtera Baru serta masyarakat dan pemangku kepentingan telah berupaya mengintegrasikan tradisi Muro ke dalam strategi adaptasi perubahan iklim. Kegiatan baseline yang dilakukan antara Maret–Juni 2025 dengan melibatkan 270 responden dari lima desa di Kecamatan Ile Ape, menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap risiko tsunami, abrasi, dan cuaca ekstrem, serta perlunya penguatan kapasitas lokal untuk menghadapinya.

“ Jika ditilik dari rentang usia, sejumlah anak muda di desa pasti masih berada di lingkungan sekolah. Mereka juga mungkin dinilai kurang aktif karena lebih fokus pada urusan pekerjaan atau beberapa lain yang sudah menikah. Tapi itu tidak boleh jadi alasan untuk tidak melibatkan mereka. Proyek ini menekankan pada keberlanjutan dan itu berarti pelibatan anak muda adalah wajib. Karena mereka yang akan meneruskan ini. Kita harus melibatkan, mengkapasitasi dan kemudian memberi ruang lebih bagi mereka untuk jadi penerus semangat baik ini, ” tambah Erlina.

PANTAI adalah proyek yang dilaksanakan Plan Indonesia bersama IUCN (International Union for Conservation of Nature) yang didukung Global EbA Fund. Di level implementasi selama dua tahun, proyek ini dijalankan bersama Yayasan Bina Sejahtera.

Selain itu, melalui lokakarya ini, hasil pengambilan data awal Proyek PANTAI bisa diketahui oleh semua pemangku kepentingan baik di level desa, kecamatan dan kabupaten.

“Plan Indonesia berharap kegiatan ini dapat menjadi momentum strategis yang mendorong sinergi antara masyarakat, tokoh adat, kaum muda, akademisi, dan pemerintah untuk bersama-sama menjaga kelestarian laut demi kehidupan yang lebih tangguh dan berkelanjutan,” tutup Erlina penuh harapan.

@RedaksiKRT

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *