Kabar Rakyat Terkini_ Ini kisah tentang seorang perempuan muda, cantik dan cerdas, berasal dari Ambon, negeri sejuta biduan. Perempuan berhidung mancung , yang memilih hidup di tanah berbatu karang, Nusa Tenggara Timur, bukan untuk berdendang lagu-lagu cinta, namun bergelut dengan kabel bertegangan tinggi. Wanita itu Anisa Salsabila Subarjo. Lahir 23 tahun silam di tanah Ambon manise. Gadis yang menamatkan pendidikannya di Politeknik Negeri Ambon, mulai berkarya di tanah Flobamorata bersama PT PLN (Persero) tahun 2023. Berkarya di perusahaan pelayanan kelistrikan, putri seorang tekhnisi transmisi ini, menjadi sedikit perempuan yang menyukai bidang tekhnik transmisi kelistrikan di Pulau Timor.
Lingkungan kerjanya penuh laki-laki tidak membuatnya gentar. Mengenakan helm, menggunakan wearpack, dan menghadapi panasnya terik matahari di sekitar area switchyard Gardu Induk, jadi santapan karya sehari-hari. Jari jemarinya yang lentik, lincah menguliti switchyard Gardu Induk yang tersebar di seluruh pulau Timor.
Merayapi kegelapan gorong-gorong panel listrik pun biasa untuknya. Baginya, melakukan pemeliharaan jaringan listrik demi menjaga pulau Cendana tetap terang, jadi impian terindahnya.
Muda, cerdas dan giat bekerja, Anisa menjelma bagai “Kartini” yang menghalau kegelapan, dengan cahaya terang listrik. Anisa menjadi sedikit perempuan yang berani memilih jalan keras, karena cinta untuk menjaga terang negeri tetap berseri.
“Dulu saya tak pernah membayangkan akan bekerja di dunia teknik, apalagi menangani Gardu Induk seperti ini. Namun saya terus belajar dengan tidak takut mencoba. Meski selalu bertugas di bawah terik matahari, dan jauh dari orangtua, saya tetap bangga. ni bukan hanya pekerjaan, ini panggilan hati,” ujar Anisa sambil menebar senyum manisnya.
Sehari-hari, Anisa bekerja bersama tim pemeliharaan Gardu Induk, di Unit PLN Pelaksana Transmisi Kupang. Rutinitasnya terus melakukan inspeksi dan perbaikan pada jaringan listrik. Bersama tim beranggotakan di atas sepuluh personil, Anisa menjadi salah satu dari dua perempuan, semangatnya tak pernah padam.
Muhammad Husein, Manajer UPT Kupang, mengapresiasi kehadiran pekerja perempuan, sebagai wajah baru emansipasi.
“Mereka bukan hanya profesional, tapi juga inspiratif. Di medan seperti ini, dibutuhkan ketahanan fisik, ketelitian, dan komitmen. Anisa hadir dengan semua itu. Inilah Kartini modern, yang tidak hanya memperjuangkan hak, tapi ikut menjaga strategi infrastruktur bangsa,” ujarnya.
F.Eko Sulistyono General Manager PLN UIW NTT menambahkan, PLN semakin terbuka terhadap kesetaraan gender.
” Saat ini di PLN sudah banyak sekali srikandi-srikandi yang menduduki posisi-posisi strategis. Ini membuktikan bahwa perempuan bukan kaum yang lemah namun kaum yang kuat dan mampu bersaing dengan laki-laki, Emansipasi yang di pelopor oleh Ibu Kartini mampu mengangkat kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan dalam upaya mengembangkan bangsa dan negara,” Ungkapnya bangga.
Sebagai perempuan pekerja di dunia teknik, bukan pilihan mudah. Namun bagi Anisa, menjadi tekniknya adalah passionnya . Ia ingin membuktikan bahwa perempuan tidak hanya bisa bernyanyi dan berjoged, namun mampu mengeluarkan Gardu-Gardu listrik bertegangan tinggi, tanpa perlu sorotan lampu panggung atau blits kamera.
Cerita Anisa menjadi pengingat bahwa emansipasi tak selalu lahir di ruang seminar atau layar televisi, tapi juga dari lapangan terbuka, dari langkah kaki di tanah berbatu, pulau Timor Indonesia, lewat dari tangan lembut yang bekerja cerdas, demi mencapai ruang hidup orang banyak.
@RedaksiKRT