443443443443 Dua Desa di Lembata Maksimalkan Ketahanan Pangan dan Ketangguhan Bencana – Kabar Rakyat Terkini
DesaKabar BeritaPanganUsaha

Dua Desa di Lembata Maksimalkan Ketahanan Pangan dan Ketangguhan Bencana

41
×

Dua Desa di Lembata Maksimalkan Ketahanan Pangan dan Ketangguhan Bencana

Sebarkan artikel ini

Kabar Rakyat Terkini, Lembata_ Dua tahun sudah program DREAMS (Disaster Resilience through Education, Adaptation, and Mitigation Strategies) yang dilaksanakan Yayasan IDEP Selaras Alam dan Yayasan Barakat berkarya di Desa Waimatan dan Desa Lamawolo Kabupaten Lembata. Mulai bergulir tahun 2023, program ini memberdayakan masyarakat terkait isu pengurangan risiko bencana, adaptasi perubahan iklim dan ketahanan ekonomi.

Lamawolo dan Waimatan, sebelum badai siklon Seroja tahun 2021, masing-masing ada di kecamatan Ile Ape Timur dan Ile Ape. Keduanya berada di pesisir, terhubung dengan lereng terjal ke Puncak Gunung Ile Lewotolok, yang kini masih berstatus aktif erupsi level waspada.

Bencana banjir bandang dan erupsi telah memaksa warga kedua desa ini relokasi ke hunian baru yang dikenal sebagai Tanah Merah. Sebuah perbukitan bertanah cokelat kemerahan, hanya berjarak 10 menit dari Lewoleba, Ibukota Kabupaten Lembata.

Hunian relokasi warga kedua desa ada di sini, dengan corak bangunan hampir seragam. Di antara bangunan-bangunan inilah berdiri kembali Pondok Ola Take, destinasi wisata miliknya warga Waimatan yang ikut tercerabut hancur akibat banjir. Di sinilah, perayaan puncak panen program DREAMS digelar.

Sebuah stand kuliner lokal kreasi kelompok perempuan kedua desa, jadi spot penyambut. Beberapa ibu dengan santai bercerita tentang kreasi unik olahan pangan berbahan baku lokla dari kebun, dari pekarangan sempit mereka. Semua lahir dari belajar bersama dalam Dreams. Ada rempeyek kelor, rempeyek kacang ijo hingga arak Waimatan, yang kekhasannya sudah popular. Kreasi ini merujuk pada upaya meningkatkan ketahanan ekonomi berbasis pangan lokal. Di stand pangan lainnya, sejumlah produk hortikultura ramai berjejer. Beberapa pengunjung tertarik membeli sayuran dalam polibag seperti cabe dan seledri. Kangkung hijau segar dalam bakul-bakul.

Salah satu ibu anggota Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) menyebutkan sayur-sayur ini dihasilkan dari kreasi di samping rumah pada pekarangan hunian relokasi yang sempit.

“Kami tanam di polibag dan susun di sekitar rumah. Tanah kosong sempit dan ini pake air juga sedikit ,”. Ia tunjukkan sebakul penuh sayur kangkung hijau segar. Kontras dengan hamparan pemukiman beralasakan tanah merah kecokleatan yang didominasi batu karan dan deretan pohon gamal berjarak.

Pertanian cerdas iklim dengan sejumlah metode yang hemat air hemat ruang adalah salah satu metode belajar dalam program DREAMS.

Kreasi inovatif untuk survive hidup berketahanan iklim ini mendapat apresiasi pemerintah Kabupaten Lembata.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada Yayasan IDEP Selaras Alam Bali dan Lembaga Pengembangan Masyarakat (Barakat) Lembata yang berkolaborasi menghadirkan Program DREAMS (Disaster Resilience through Education, Adaptation, and Mitigation Strategies) di Desa Waimatan dan Lamawolo, sebagai upaya memperkuat ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana, melalui edukasi terkait strategi adaptasi dan mitigasi, sekaligus pendekatan-pendekatan yang mendukung kesejahteraan dan kelestarian lingkungan yang berkelanjutan” sebut Petrus Kanisius Tuaq dalam sambutannya. Bupati Lembata ini tidak hadir. Sambutannya dibacakan oleh Donatus Lajar, Asisten II Setda Lembata yang hadir menyaksikan galeri produk karya dan pengetahuan dalam Festival Tanah Mean, Jumad 7 November 2025.

IDEP Selaras ALam yang menggelontorkan dukungan dari Catterpillar Foundation-Myriad USA juga kagum untuk perubahan dan pencapatan dua tahun proyek DREAMS.

Pada kesempatan yang sama Bernando Halauwet selaku Manajer Departemen Penelitian dan Pengembangan menjelaskan, IDEP Selaras Alam melanjutkan pelaksanaan program DREAMS Phase 2 untuk Desa Waimatan dan Desa Lamawolo di Tanah Merah Lembata dengan dukungan dari Caterpillar Foundation melalui Myriad USA.

“Program ini akan berlangsung dari Januari hingga Oktober dan berfokus pada penguatan ketahanan masyarakat terhadap bencana melalui pendidikan, adaptasi, dan mitigasi berbasis komunitas. Dukungan ini menjadi langkah penting bagi IDEP untuk terus memperluas dampak positif di berbagai wilayah,” ungkap Bernando Halauwet, Manajer Departemen Litbang IDEP Selaras Alam.

Kedua tokoh ini berkeliling menikmati perubahan, capaian dan kerja keras masyarakat untuk bangkit dari keterpurukan akibat bencana di Tanah Merah didampingi Benediktus Bedil Purekolon, Direktur LSM Barakat. Kepada pemerintah, Benediktus menitipkan pesan dukungan untuk finalisasi administrasi kedua desa, yang masih ini berstatus “gantung” karena relokasi.

“Desa Waimatan dan Lamawolo ini hidup masih dalam keterbatasan di tengah situasi pemulihan. Sampai saat ini, pemerintah dan masyarakat Desa Waimatan dan Lamawolo belum bisa mengkreasikan banyak program berbasis dana desa. Itu karena wilayah ini masih tercatat sebagai wilayah relokasi dan belum final secara administrative sebagai desa. Karena itu rawan untuk menggunakan bantuan-bantuan berupa dana desa dalam membangun infrastrukrur karena akan dipersalahkan. Ini adalah cacatan penting yang harus kita refleksikan di tanah merah ini kalau boleh ke depan status desa Waimatan dan Lamawolo yang ada di Tanah Merah perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah kabupaten Lembata,” papar Ben Bedil dalam sambutannya.

Menurut Donatus Ladjar, Asisten II Setda Lembata, saat ini pemerintah sedang melakukan berbagai tahapan untuk finalisasi administrasi kedua desa.

“Pemerintah tidak tinggal diam. Kami tahu keadaan ini dan saat ini sedang mengurusnya. Memang ini tahapan yang tidak mudah untuk meminndahkan administrasi kedua desa. Ada beberapa opsi pengalihan. Kedua desa bisa masuk menjadi bagian dari Kecamatan Ile Ape atau bisa masuk ke Kecamatan Nubatukan, karena lokasinya cukup dekat dengan ibu kota,” tandas Donatus Ladjar.

Meski sebagai desa adminstratif masih berstatus “gantung”, Desa Lamawolo dan Waimatan Kabupaten Lembata tetap berkarya. Melalui program DREAMS, mereka belajar meningkatkan kapasitas hidup untuk ketahanan pangan dan ketangguhan bencana yang banyak dipicu krisis iklim.

@RedaksiKRT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *