Kabar Rakyat TTS_Gina Angela Kbau, anak perempuan berusia 5,8 tahun, berpulang ke hadirat Yang Maha Kuasa pada Minggu pagi (110623) di RSUD Soe. Bocah yang sudah cakap berbahasa Inggris ini menjadi korban kedua ganasnya serangan virus rabies, yang tertulari lewat gigitan anjing gila, 14 April 2023 silam.
Kepergian putri bungsu dari dua bersaudara, buah hati Iwan Kbau dan Santi Kones sungguh memilukan. Putri cantik yang duduk di kelas terakhir PAUD ini diserang secara brutal oleh seekor anjing gila, di ruang tamu rumah kediaman orangtuanya, di desa Kualin, Kecsmatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Kejadiannya berlangsung cepat dan tak pernah diduga.
Santi Kones, Sang Ibu bercerita kala itu Gina sedang berada di rumah bersama sang Kakek. Santi dan Suaminya sedang bekerja, mengajar.
Kegaduhan warga yang melihat dan mengusir seekor anjing putih berperilaku aneh tak begitu jauh dari kediaman Orang tua Gina, tak diketahui Gina maupun sang Kakek. Naasnya, anjing yang tak dikenali pemiliknya ini menerobos ke dalam rumah tempat Gina sedang bermain sendirian, lantaran pintunya tidak tertutup.
Tragedi kehidupan gadis cilik ini pun tertulis dalam lembaran hidupnya. Tanpa mampu membela diri, Gina berjuang menyelamatkan hidupnya. Serangan brutal anjing gila sungguh mengerikan. Wajah dan tubuh gadis periang dan cerdas di kelas ini jadi sasaran amukkan anjing gila.
Sekuat tenaga Gina membela diri hingga tangannya pun patah. Sang Kakek yang sedang istirahat tak menyadari jika di ruang tamu mereka, cucu kesayangannya sedang berjuang antara hidup dan mati.
“Pendengaran Opa kurang baik jadi tidak tau dan tidak mendengar mendengar kalau gina ada digigit anjing” papar Santi lirih.
Serangan brutal itu akhirnya terhenti dan anjing gila pun berlari keluar. Seorang siswa SMK yang melihat mulut anjing berlumuran darah ketakutan dan melemparinya dengan batu, bermaksud mengusir namun naas, pria muda itu pun diserang dan tergigit di paha. Melihat serangan brutal, teman-teman dan warga pun membunuh anjing ganas itu.
Usai serangan, Gina akhirnya mendapat pertolongan. Sang Kakek dan Orang tuanya pun membawa Gina ke Puskesmas Kualin.
Kala itu Rabies sama sekali belum dikenal oleh warga TTS. Bahkan petugas medis sekalipun. Bocah Gina ditangani sebagai pasien biasa dan dirujuk langsung ke RSUD Soe.
” Anak nona ini dia kena gigit anjing di wajah, hidung. Tangan sampai patah dan di pinggang bagian kiri. Kami bawa ke puskesmas Kualin trus langsung rujuk ke sini (RSUD Soe). Sampai sini Dokter penanganan biasa. Saya sempat tanya ini kena rabies atau tidak, Dokter bilang di Timor belum ada,” paparnya lirih.
Pihak RSUD Soe memberikan antibiotik guna penyembuhan luka-luka, dan melakukan operasi pada tangannya yang patah. Selama sepekan, Gina menjalani perawatan intensif.
Perlahan luka-luka sembuh dan tangannya yang patah dibalut gips mulai membaik. Bersama Orang tua, Gina berobat jalan mengontrol kondisi tulang tangannya.
Pemkab TTS Tetapkan KLB Rabies
Kematian Antonius Banamtuan, warga Desa Fenun Kecamatan Amanatun Selatan, tanggal 18 Mei 2023, menandai sejarah baru Pulau Timor.
Romo Peter, Pastor Katolik yang bertugas di Fenun, menjadi orang pertama yang mengenali ciri-ciri yang dialami Almarhum Antonius Banunaek (45 tahun). Pastor asal Pulau Adonara ini mendapat cerita dari Ibu-Ibu Legio Maria bahwa Bapak Toni sepertinya kerasukan roh jahat. Pasalnya Almarhum tak mau minum air berkat. Jangankan minum, direciki saja tidak mau, seperti sangat ketakutan. Dia pun tak mau terkena cahaya. Asap pun dihindari. Para Ibu Legio pun sangat yakin, Almarhum kerasukan roh jahat hingga akhirnya meninggal dunia.
Mendapat cerita horor ini, Sang Pastor yang pernah menyaksikan keganasan rabies menghubungi Kepala Desa Venun, Antonius Tefa, agar mengontak Camat Amanatun Selatan untuk melaporkan ke Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan TTS, bahwa bahaya rabies sudah menelan korban jiwa.
Upaya pembuktian ilmiah laporan Kepala Desa Fenun melalui pemeriksaan spesimen otak anjing yang diambil dari desa ini oleh laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar, membenarkan dugaan Sang Gembala Umat, Romo Peter.
“Hasil tegakkan diagnosis labiratorium babes veteriner Denpasar tanggal 29 Mei 2023 membuktikan sample yang diambil dari desa Fenun positif rabies,” ujar drh. Dianar Ati, Kadisnak TTS datar.
Sejak penetapan status KLB Wabah Penyakit Rabies, 30 Mei 2023 lalau, seluruh petugas kesehatan mendapat instruksi indentifikasi pasien yang pernah tergigit anjing.
Almarhumah Gina Angela Kbau pun masuk dalam catatan medis Nakes Kualin.
5 Juni 2023, sejumlah Nakes mendatangi rumah Orang tua Gina dan memberikan edukasi serta sosialisasi bahaya gigitan anjing rabies dan meminta agar Putri Bungsu mereka ini mendapatkan vaksinasi VAR, Vaksin Anti Rabies.
Sempat menolak, tanggal 6 Juni 2023, Ibu almarhum akhirnya menyetujui penyuntikan VAR dosis pengobatan . Usai disuntik, kondisi Gina masih baik.
“Setelah kasus di Fenun, petugas Puskesmas sarankan untuk vaksin. Tanggal 6 kami ke puskesmas untuk suntik vaksin,” papar Santi datar. Sejak digigit, Gina tidak menunjukkan gejala demam maupun yang lainnya.
Selasa malam, Santi mengisahkan Gina mulai demam. Hari kamis sore kondisi Gina melemah. Santi yang cemas pun mengirim.pesan kepada petugas dan mempertanyakan kondisi Putrinya.
Usai bangun tidur pada Jumad pagi, korban mulai bernafas pendek-pendek dan cepat. Pada jam 07.00 witeng, korban mengeluhkan sakit di tenggorokkannya. Kala jendela dibuka, korban pun menjerit ketakutan.
“Karena pas lampu padam to jadi buka jendela. Pas buka jendela itu dia langsung teriak takut angin takut angin. Kami juga sering baca jadi saya minta Pa coba tiup dia punya wajah. Pas tiup begini dia jadi takut sekali,” cerita Ibu Guru ini lirih.
Mendapat informasi kondisi korban yang mulai menunjukkan gejala terinfeksi rabies, Petugas kesehatan setempat memutuskan untuk merujuk Gina ke RSUD Soe.
Kondisi Almarhumah tak lagi membaik. Jumad malam, Gina tak bisa lagi makan makanan yang basah. Makanan kering pun Dokter khawatir Gina tersedak. Dokter pun memutuskan untuk memberikan infus.
Pada hari Sabtu, 10 Juni 2023, kondisi Gina berubah menjadi banyak bicara. Lama kelamaan Gina menjadi agresif dan mulai berteriak-tetiak dan mencakar.
“Jadi pake penenang tapi ini anak tetap teriak teriak sampai rabek rabek ni seprei.. sampai jam setengah tiga (pagi) mulai tenang dan air liur keluar. Itu sudah tidak bisa omong lagi. Dan dia pergi jam tujuh,” tutur sang Bunda dengan tabah.
Dinkes TTS Bantah VAR Picu Kematian Gina
Berita berpulangnya Almarhumah Gina menyebar cepat di tengah masyarakat TTS dan NTT. Apalagi kematiannya menjadi kasus pertama sejak penetapan KLB Rabies.
Namun gosip berkembang liar, Almarhumah wafat diduga akibat injeksi Vaksin Anti Rabies. Bahkan dalam sebuah grup Whats App, ada yang menyebut malpraktek. Kadiskes TTS, dr. Ria Tahun, yang sempat memantau issue liar malpraktek pun angkat suara.
Di ruangan kerjanya, dr. Ria Tahun menegaskan suntikan VAR tidak mempunyai edek demam pada penerimanya.
“Vaksin VAR itu efek sampingnya hanya reaksi alergi, gatal bengkak. Tidak ada demam. Jadi pemberian VAR tidak menyebabkan kematian. Justru yang menyebabkan kematian adalah virulensi dari virus rabies tadi. Karena virus rabies menyerang seluruh sistem syaraf,” ujarnya tegas.
Justru VAR membentuk anti body dalam tubuh. Namun karena kondisi luka korban Gina ada di wajah jadi penyebaran virus lebih cepat ke pusat syarafnya, lanjut dr Ria lancar.
Sebagai pemegang kendali penanganan kesehatan masyarakat TTS, Kadiskes meminta warga jangan main-main dengan virus rabies, dan segera mendapatkan vaksinasi VAR jika tergigit di areal pinggang ke bawah, dan meminta SAR jika tergigit pada areal bahu ke atas.
Hingga Senin (12 Juni 2023), Satgas KLB mencatat 270 kasus gigitan. 19 di antaranya pada bagian bahu dan wajah. Dua di antaranya meninggal dunia dan seorang masih kritis di Puskesmas Oinlasi.
@RedaksiKRT