Tamparan Nono Sang “Malaikat Agung”: “Kemiskinan” Tak Menyilaukan Mata!

Kabar Rakyat Terkini_Mulai dari kalangan oknum pejabat, konglomerat bahkan kaum berjubah, kalau soal materi pasti tidak akan ada yang menolak. Apalagi kalau itu hadiah pasti diterima. Meskipun sudah memiliki yang ditawarkan namun karena mumpung gratis pasti diterima dengan sukacita serta puji dan syukur pada kuasa Allah.

Adalah Caesar Archangels Hendrik Meo Tnunay atau yang sering disapa Nono, siswa SD kelas 2, seorang bocah jenius dari NTT dari salah satu desa di wilayah Kupang: Desa Retraen-Kecamatan Amarasi yang akhir-akhir ini namanya menjadi buah bibir Nasional maupun Internasional karena menjuarai kompetisi International Abacus World Competition 2022 yang adalah kompetisi Matematika dan sempo tingkat dunia dengan berhasil mengalahkan 7.000 peserta lainnya dari seluruh dunia. (bdk. https:// news.detik.com/berita/d-6532549/menteri-nadiem-akan-temui-nono-siswa-sd-di-ntt-yang-juara-1-sempoa-dunia).

Nono, sesuai dengan namanya Archangels (Malaikat Agung) menjadi malaikat tak bersayap penyelamat NTT dari setiap cibiran terhadap NTT, seketika membuat nama NTT harum dan tidak bisa dianggap remeh. Ya harus diakui bahwa ketika mendengar nama NTT selalu muncul pikiran pertama adalah soal kemiskinan dan keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan. Namun segala pikiran para oknum tersebut pada gilirannya terbantahkan oleh sosok Nono. Dan saya meyakini di sudut-sudut NTT yang lain masih ada Nono-nono lainnya yang menjadi malaikat bagi dunia pendidikan NTT.

Nono mendapat simpati dan apresiasi dari pejabat-pejabat penting mulai dari NTT hingga pusat. Nonopun diundang oleh berbagai program TV nasional sebagai narasumber. Namun Nono tetaplah Nono yang sederhana dimana sang ayah adalah seorang pekerja serabutan sebagai tukang dan sang ibu sebagai seorang guru kontrak SD. Hidup dalam kesederhanaan dengan rumah yang sederhana dan penerangan serta internet yang kadang tidak menjanjikan tidak membuat Nono malu atau minder. Nono tetaplah Nono, sang Malaikat Agung yang tidak silau oleh kemewahan dan aneka tawaran hadiah yang menggiurkan.

Nono sang Malaikat Agung menegaskan kepada kita bahwa kemiskinan materi tidak menjadi ukuran status sosial seseorang bahkan tidak menjadi alasan untuk tidak dianggap. Karena dibalik kemiskinan materi ada kekayaan rohani yang tak ngengat dan hancur yaitu semangat untuk berusaha tanpa kenal lelah dengan tetap mengandalkan kuasa Allah (bdk. Mat 5:3).

Nono yang masih belia tak meratapi situasi hidupnya yang sederhana dan juga bisa dikatakan jauh dari kata ‘mewah’. Nono justru memperlihatkan bahwa kesederhanaan adalah jalan untuk berjuang dan mengembangkan anugerah dan pemberian dari Allah. Nono menunjukan dengan jelas kepada kita semua yang “silau” dengan harta materi bahwa harta yang tak mudah ngengat dan rusak adalah usaha untuk bangkit dan mengembangkan anugerah dan hadiah dari Allah.

Dan itu menjadi nyata ketika Nono menolak hadiah mobil dan laptop. Ketika Nono bersama ibunya mengunjungi Kantor Pusat PT Astra Indonesia (28 Januari, 2023), Direktur Astra meminta Nono untuk memilih mobil sendiri sebagai hadiah, namun Nono menolak dengan mengatakan bahwa ia (Nono) mau menciptakan pesawat dan kereta api tercepat saja. Tidak hanya itu. Ketika bertemu Mas Menteri Pendidikan: Mas Mentri Nadiem Makarim pada tanggal 25 Januari 2023, hendak memberikan hadih sebuah laptop kepada Nono, namun lagi-lagi Nono menolaknya, karena bagi Nono Beasiswa lebih bermanfaat bagi masa depannya daripada sebuah laptop. Karena Nono sudah memiliki laptop yang digunakan saat mengikuti kompetisi kejuaraan dunia Matematika.

Nono adalah bocah jenius tidak hanya di bidang pendidikan tetapi juga dalam bidang keagamaan. Ia bocah yang rendah hati dan selalu bersyukur, merasa sudah cukup dengan yang ia miliki walapun mungkin laptop yang ia miliki tidak sebagus yang hendak diberikan oleh Mas Mentri namun bagi Nono, yang ia miliki itu sudah cukup. Nono menghidupi semangat Kotbah Yesus di Bukit dimana Ia menghidupi semangat kemiskinan secara rohani dan bukan secara material (bdk. Mat 5:1-12).

Dari Nono, kita bisa belajar bahwa;

“Kemiskinan secara materi seharusnya tidak menyilaukan mata, namun seharusnya memperkaya kekayaan rohani dengan selalu mensyukri apa yang dimiliki dan berani mengatakan sudah CUKUP! Karena yang paling penting adalah bukan berapa yang diterima, melainkan berapa lama bertahan dalam sebuah perjuangan.”

 

Manila: 30-Januari, 2023
Tuan Kopong MSF

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *